Panoramic Banten. Jakarta kembali diwarnai kerusuhan usai insiden tragis menimpa seorang pengendara ojek online bernama Affan Kurniawan. Dalam sebuah demonstrasi di dekat gedung DPR/MPR, Affan tertabrak kendaraan taktis yang dikendarai anggota Brimob. Rekaman video peristiwa tersebut dengan cepat menyebar di media sosial, memicu gelombang kemarahan publik.

Peristiwa nahas itu menambah daftar panjang dugaan ekses kekerasan aparat dalam menangani demonstrasi. Affan, yang kala itu tengah berada di lokasi aksi, disebut tidak terlibat dalam kericuhan, namun justru menjadi korban dari situasi yang tak terkendali. Netizen ramai-ramai menyerukan tagar #KeadilanUntukAffan, menuntut pertanggungjawaban penuh dari pihak kepolisian.

Menyadari derasnya kecaman, pihak kepolisian segera merilis permintaan maaf resmi. Kapolri menegaskan bahwa insiden ini tidak mencerminkan prosedur standar, dan pihaknya telah menahan tujuh anggota Brimob yang terlibat. Proses investigasi internal disebut tengah berjalan untuk memastikan adanya sanksi hukum yang tegas, termasuk kemungkinan pemecatan dan proses pidana.

Namun, permintaan maaf tersebut tidak serta-merta meredam amarah masyarakat. Aksi lanjutan bahkan semakin membesar di berbagai titik di Jakarta. Para pengunjuk rasa menuntut reformasi total dalam tata kelola aparat keamanan, dengan menekankan perlunya pendekatan humanis dalam mengawal demonstrasi.

Kasus Affan Kurniawan kini menjadi simbol perlawanan terhadap praktik kekerasan negara. Tragedi ini juga membuka ruang diskusi lebih luas tentang relasi antara rakyat, kebebasan berekspresi, dan peran aparat keamanan. Banyak pihak menilai, momentum ini harus dijadikan titik balik bagi pemerintah dan kepolisian untuk membuktikan keberpihakan mereka pada prinsip demokrasi dan perlindungan hak asasi manusia.