Panoramic Banten. Dulu, umur 23 belum nikah katanya telat.
Sekarang, umur 30 masih sendiri? Katanya pilih-pilih.
Padahal… siapa yang bikin patokan itu?

Zaman sudah berubah.
Dulu hidup dianggap selesai setelah ijazah dan pelaminan.
Sekarang? Hidup baru mulai setelah kamu tahu siapa dirimu.

Menikah itu bukan lomba cepat-cepat.
Bukan siapa duluan dapat undangan atau siapa paling cepat punya anak.
Tapi siapa yang paling siap membangun rumah, bukan cuma gedung resepsi.

Karena jujur aja, banyak yang nikah karena “sudah umur”, tapi belum ngerti apa itu komitmen.
Ada juga yang buru-buru karena tekanan sekitar, tapi belum selesai berdamai dengan luka sendiri.

Lalu, kapan waktu yang tepat untuk menikah?
Mungkin bukan soal angka, tapi soal makna.

Saat kamu udah gak lagi cari pasangan buat “pamer”, tapi buat bertumbuh bareng.
Saat kamu tahu bahwa menikah itu bukan cuma tentang bahagia, tapi juga tentang bertahan.
Saat kamu siap untuk bekerja sama, bukan sekadar bersama.

Dan ingat, hidup bukan kompetisi siapa cepat nikah.
Ada yang menikah di usia 25 dan bahagia. Ada yang menikah di usia 40 dan tetap luar biasa.

Jadi… pertanyaannya bukan “umur berapa kamu nikah?”
Tapi:
“Udah siap jadi versi terbaik dari diri kamu dulu belum?”