Meme “Tung Tung Tung Sahur” – Ketika Tradisi Lokal Bertemu Kekacauan Digital

Panoramic Banten. Kalau kamu belakangan ini merasa dunia maya makin absurd, kamu tidak sendirian. Salah satu yang sedang merajalela di TikTok, Instagram, dan bahkan YouTube Shorts adalah meme “Tung Tung Tung Sahur”—sebuah kreasi internet yang menggabungkan suara kentongan khas Ramadan dengan karakter kartun aneh berwajah kayu dan ekspresi datar. Yang bikin ngakak (atau ngeri), karakter ini datang sambil mengucapkan peringatan seram: “Kalau kamu tidak bangun sahur... aku datang.” Dengan suara robotik berbahasa Indonesia dan backsound gelap penuh reverb, suasana meme ini sukses bikin merinding... sambil ketawa! Asal mula meme ini diketahui berasal dari akun TikTok @noxaasht pada akhir Februari 2025. Awalnya hanya iseng, namun entah kenapa, netizen menyambutnya dengan antusias luar biasa. Dalam beberapa hari, muncul versi-versi remix: mulai dari animasi AI, filter wajah, video editan horror-komedi, hingga versi “sahur battle” melawan karakter meme lain seperti Tralalero Tralala dan MING MING yang lebih dulu viral dari Italia.
Menariknya, “Tung Tung Tung Sahur” bukan sekadar brainrot semata. Di balik bentuknya yang konyol dan absurd, meme ini memuat sentuhan budaya lokal yang kuat. Bagi masyarakat Indonesia, suara kentongan sahur itu nyata dan sangat membekas—dari masa kecil, pengalaman Ramadan di kampung, hingga suasana guyub di subuh hari. Meme ini seolah mewakili nostalgia itu, namun dibalut dalam estetika Gen Z yang absurd, cepat, dan kadang nggak masuk akal. Justru karena itulah ia terasa akrab dan fresh sekaligus. Bahkan media asing pun mulai melirik—beberapa situs seperti Hindustan Times dan Tribune India menyoroti betapa uniknya fenomena ini: “an unusual blend of cultural tradition and unhinged internet humor,” tulis salah satu artikel.
Tentu, seperti semua hal yang viral, responsnya pun beragam. Sebagian besar netizen menyukainya, menyebutnya sebagai “konten terbaik selama Ramadan,” “teror sahur paling lucu,” atau “alarm sahur paling efektif sepanjang masa.” Tapi ada juga yang merasa terganggu dengan suara efeknya yang keras dan tampilannya yang terlalu gelap. Meski begitu, kontroversi kecil ini justru menambah pamor meme tersebut, karena semakin banyak orang penasaran dan akhirnya ikut membuat versi mereka sendiri. Meme ini pun berkembang menjadi simbol—antara lucu, menggelitik, dan sedikit gila.
Meme “Tung Tung Tung Sahur” menunjukkan bahwa kreativitas digital tidak perlu masuk akal untuk bisa diterima. Kadang, justru yang paling aneh-lah yang paling relate, karena ia menyentuh sisi humor manusia yang spontan, tanpa perlu logika. Dari gang sempit yang sunyi di subuh hari sampai layar ponselmu, suara kentongan sahur kini bergema secara global dalam bentuk yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Lucu? Banget. Ngawur? Pasti. Tapi di situlah justru kekuatannya—bahwa budaya lokal bisa tetap hidup dan viral, meski dibalut dengan gaya yang super absurd dan anti-mainstream.